Air Mata Terakhir Sertu Al Hadid: Karier Luruh Karena Janji Palsu dan Uang

BDUNIAMEDAN.COM -Medan. Suasana hening menyelimuti ruang sidang Pengadilan Militer I-02 Medan, Selasa siang itu. Semua mata tertuju pada satu sosok di kursi terdakwa: Sertu Al Hadid. Dengan seragam militer yang masih dikenakan, namun penuh beban, ia menundukkan kepala ketika majelis hakim membacakan putusan yang mengakhiri karier militernya: pemecatan dari dinas militer dan vonis 10 bulan penjara.

Sontak, ruang sidang dipenuhi isak tangis dari pihak keluarga yang hadir. Namun yang paling menyayat hati adalah tangisan dari Sertu Al Hadid sendiri. Ia tidak bisa membendung air matanya. Tangisan yang menggambarkan penyesalan, kehilangan, dan kehancuran karier yang telah ia bangun bertahun-tahun dengan keringat dan pengabdian.

Sertu Al Hadid adalah prajurit yang pernah dihormati di satuan tugasnya. Ia dikenal berdedikasi dan disiplin. Namun semuanya berubah ketika godaan uang dan janji manis dari pihak luar membuatnya terjebak dalam praktik yang melanggar hukum militer. Integritas yang dulu ia junjung tinggi, perlahan luluh oleh tawaran keuntungan pribadi.

Dalam proses persidangan, terungkap bahwa Sertu Al Hadid menerima suap dalam sebuah proyek pengadaan barang di lingkungan kesatuannya. Ia menjadi perantara antara pihak ketiga dengan institusi militer, menjanjikan kelancaran proses tender dengan imbalan sejumlah uang. Perbuatannya melanggar kode etik militer dan mengkhianati sumpah prajurit.

Majelis hakim dalam putusannya menegaskan bahwa tindakan Sertu Al Hadid mencederai kehormatan TNI. “Sebagai prajurit aktif, terdakwa telah menyalahgunakan wewenangnya demi keuntungan pribadi. Ini bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga pengkhianatan terhadap institusi,” ujar Ketua Majelis Hakim dalam sidang tersebut.

Vonis 10 bulan penjara yang dijatuhkan menjadi harga yang harus dibayar. Namun lebih dari itu, pemecatan dari dinas militer adalah hukuman sosial dan moral yang jauh lebih berat. Seragam yang dulu menjadi simbol kebanggaan, kini harus ia lepas untuk selamanya.

Saat diwawancarai usai sidang, Sertu Al Hadid hanya mampu berkata lirih. “Saya menyesal… saya sudah mengecewakan banyak orang, terutama keluarga saya dan institusi saya.” Kalimat itu terputus oleh isak tangis yang kembali pecah. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, seolah ingin menghapus kenyataan pahit yang baru saja diterimanya.

Keluarga dan rekan-rekan sejawat turut merasakan kesedihan yang mendalam. Banyak yang tidak menyangka bahwa Al Hadid, sosok yang dikenal jujur, bisa terjerumus sejauh ini. Salah seorang seniornya mengatakan, “Ia prajurit yang punya masa depan. Tapi sekali salah langkah, semuanya bisa runtuh.”

Kasus ini menjadi tamparan keras bagi institusi militer untuk terus memperketat pengawasan terhadap personelnya. Godaan dunia luar yang menjanjikan kemudahan dan kekayaan sering kali menjebak mereka yang lalai menjaga prinsip. TNI sebagai institusi pertahanan negara menegaskan komitmennya untuk tidak mentoleransi pelanggaran hukum dan kode etik.

Pakar hukum militer yang hadir dalam sidang menyatakan bahwa putusan ini sudah sesuai dengan prosedur dan peraturan hukum militer yang berlaku. Ia menambahkan, “Kasus ini bisa menjadi pelajaran penting bagi semua prajurit bahwa tidak ada tempat bagi penyimpangan dalam tubuh militer.”

Masyarakat juga memberikan beragam tanggapan. Ada yang menyayangkan, namun banyak pula yang mendukung keputusan tegas pengadilan militer. “Ini membuktikan bahwa semua orang sama di mata hukum. Tidak peduli jabatan atau pangkat, jika bersalah harus dihukum,” ujar salah satu pengamat hukum di Medan.

Ke depan, institusi militer diharapkan lebih aktif memberikan pembinaan mental dan moral kepada para prajurit. Tidak hanya latihan fisik dan taktik tempur, tetapi juga penguatan karakter dan nilai integritas yang menjadi pondasi utama dalam pengabdian militer.

Sertu Al Hadid kini harus menjalani sisa hukuman dan menjalani kehidupan baru sebagai warga sipil dengan masa lalu yang berat. Ia telah kehilangan bukan hanya pekerjaannya, tetapi juga martabat sebagai prajurit. Namun, dalam setiap kesalahan selalu ada pelajaran, dan dalam setiap akhir ada kemungkinan untuk memperbaiki diri.

Perjalanan hidupnya menjadi catatan kelam dalam dunia militer, namun juga menjadi pengingat bagi banyak orang bahwa kehormatan tidak dibangun dalam sehari, dan bisa hancur hanya dalam satu keputusan yang salah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *